FRASA
Frasa atau Frase adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang
hanya menduduki satu fungsi atau jabatan.Frasa juga
dapat diartikan kelompok kata yang bukan subjek atau predikat tetapi dapat
menjabat fungsi-fungsi kalimat.
A.
Berdasarkan
kedudukanya
1. Frasa setara yaitu frasa yang hubungan antara unsurnya setara.
Contoh :
•naik turun
•mondar mandir
•Asal usul
2. Frasa setara bertingkat yaitu frasa yang hubungan antar unsurnya tidak
setara, salah satu unsure menjadi pusat.
Contoh:
•Uang muka
•tehnik baru
•rakyat jelata
B.
Berdasarkan
jenis kata yang menjadi unsur intinya.
1. Frasa nominal; frasa yang unsur pusatnya kata benda.
Contoh:
• kamar mandi
• baju pesta
2. Frasa verbal ; frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
Contoh:
• Sedang pergi
• Ingin sukses
3. Frasa abjektival ; frasa yang unsur sifatnya mengandung kata sifat.
Contoh:
• Amat bodoh
• Sangat lelet
4.Frasa adverbial ; frasa yang unsur pusatnya mengandung kata keterangan.
Contoh:
• Tadi siang
• Tahun lalu
• Minggu kemring
5. Preposisioanal(kata depan);
frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda.
• Contoh:
• • Dari kantor
• • Di rumah
C.
Berdasarkan distribusi unsurnya
1. Frasa eksosentrik adalah
frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh :
•Di lapangan
•Ke pasar
2. Frasa endosentrik adalah
frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya
maupun salah satu dari unsurnya. Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga
golongan:
a. Frasa endosentrik koordinatif
yaitu frasa yang unsur – unsurnya setara.
Contoh:
•aku kamu
•nenek kakek
b.Frasa endosentrik atributif yaitu frasa yang salah satu unsurnya merupakan
atribut.
Contoh :
•tahun depan
•Sedang makan
c. Frasa endosentrik apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya
merupakan aposisi.
Contoh :
•nony teman dekatku
•dia sahabat mamaku
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.[1] Dikenal juga dengan sebutan referensi.
Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statik contoh, dan objek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti, nilai-nilai, dan/ atau Kredibilias Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.
Jenis-jenis rujukan
Materi-materi rujukan faktual dan
rujukan non faktual mungkin muncul dalam tiga bentuk:
- Bukti seperti contoh-contoh, statistik, dan kesaksian.
- Nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang yang menerima argumentasi (anggota khalayak).
- Kredibilitas pemberi informasi (pembicara). Contohnya: seorang pemberi informasi mungkin merujuk pada pengalamannya sendiri untuk menyakinkan pemirsanya bahwa ia adalah orang yang cakap.
• contoh kata
Rujukan
Kata Rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain
yang telah digunakan sebelum nya.Kata rujukan dibedakan menjadi beberapa :
- Rujukan benda atau hal :Ini,itu,tersebut
- Rujukan Tempat :Disini,disitu,disana
- Rujukan Personil atau Orang atau yang diperlakukan seperti orang :Dia,ia,mereka,beliau
Berimbunan
Pengertian
dan Contoh Kata Berimbuhan Lengkap - Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar
yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran.
Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari kata-kata
dasar yang diberi imbuhan tersebut.
Macam-Macam Imbuhan
Dalam bahasa
Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu awalan
(Prefiks),
sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks). Berikut ini
macam-macam imbuhan dalam bahasa Indonesia.
1. Awalan
(Prefiks)
Prefiks
adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-imbuhan
yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, ke-, di-, pe-, dan
ter-
Me-
Awalan me-
bisa berubah menjadi beberapa macam bentuk diantaranya adalah men-, meng-,
meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata
dasarnya dan makna yang akan dibentuk. Di bawah ini adalah makna-makna dari
imbuhan me-:
Menyatakan
suatu perbuatan aktif: mengambil, menyiram, mengesampingkan, mempertahankan.
Ber-
Awalan ber-
mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-. Perubahan-perubahan
tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Aturan perubahan imbuhan ber- adalah
sebagai berikut:
Jika kata
dasar diawali dengan huruf r atau er, maka menjadi be-
contoh: ber-
+ riak = beriak, ber- + rekreasi = berekreasi
Jika kata
dasarnya ajar, maka imbuhannya berubah menjadi bel-
contoh: ber
+ ajar = belajar
Imbuhan ber-
memiliki beberapa macam makna yaitu:
Menyatakan
kepunyaan : Beranak, berotot, beruang
Menyatakan
penggunaan : Bersepeda, bermotor
Menyatakan
kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja
Menyatakan
jumlah : Berdua, bertiga
Menyatakan suasana
hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.
Ke-
Awalan ke-
tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan
urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst.
Di-
Imbuhan di-
adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata dasar bermakna pasif.
Contoh: di +
siram = disiram, dilihat, dipukul
Ter-
Imbuhan ter-
sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif. Namun, imbuhan ter-
cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Selain kata kerja pasif,
imbuhan ter- juga memiliki makna sebagai berikut:
Contoh:
Menyatakan
sifat: Terpandai, terbaik, terhebat
Menyatakan
ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal
Menyatakan
keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci
Menyatakan
kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh
Pe-
Awalan pe-
memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang terjadi pada awalan me-
yaitu: peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe- adalah sebagai berikut:
Menyatakan
pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar, pemanis, pemutih
Menyatakan
pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik
Menyatakan
alat: penghapus, penggaris, pengasah
Menyatakan
sifat: pemalu, pemaaf
Se-
Imbuhan se-
membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:
Menyatakan
satu: selembar, sepotong, sebiji
Menyatakan keseluruhan:
sekelas, sekampung, sekota
Menyatakan
sifat: sepandai, secantik, sebesar
2. Sisipan
(infiks)
Sisipan
adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk
sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-.
Contoh: -em-
+ getar = gemetar, -el- + tali = temai
Imbuhan
infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut:
Menyatakan
intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali
Menyatakan
sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar
frase
Frasa atau frase adalah sebuah
makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan
satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan
kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki
predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Simak beberapa contoh frasa di bawah ini:
- ayam hitam saya
- ayam hitam
- ayam saya
- rumah besar itu
- rumah besar putih itu
- rumah besar di atas puncak gunung itu
Dalam
konstruksi frasa-frasa di atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya
dibandingkan dengan beberapa klausa di bawah ini:
- ayam saya hitam
- rumah itu besar
- rumah besar itu putih
- rumah putih itu besar
- rumah besar itu di atas puncak gunung
Dalam
konstruksi-konstruksi klausa di atas, hitam, besar, putih,
besar, dan di atas puncak gunung adalah predikasi
Macam-macam Frasa dan ciri-cirinya
Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frasa tidak berbeda dengan makna kata yang menjadi kepala/inti frasa.Misalnya:
Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayu juga tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.
Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis. (disebut kata kiasan)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Kata kiasan
Misalnya:Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan semata-mata meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alih-alih tangan yang terbuat dari besi.
Beberapa jenis frasa:
Frasa eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.
Frasa nominal
Nominal adalah lawan dari verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja" maka kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat nominal, maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I am Tired", I=subjek, am=To Be dan Tired=Adjective (Passive voice verb). ini adalah contoh kalimat nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah tertentu, kemudian adapula arti nominal sebagai kualifikasi (nominasi).Frasa verbal
Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.Contoh:
- bekerja keras
- sedang berlari
Pengertian
konjuksi
Konjungsi atau kata sambung adalah kata untuk menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan,
atau kalimat-kalimat dan sebagainya, dan tidak
untuk tujuan atau maksud lain.
Konjungsi
tidak dihubungkan dengan objek, konjungsi tidak menerangkan kata, konjungsi
hanya menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat dan sebagainya. Oleh karena
itu kata yang sama dapat merupakan preposisi dalam bagian yang satu, adverb
dalam bagian yang lain, atau konjungsi dalam bagian yang lain pula.
Fungsi
Fungsi
konjungsi menghubungkan :
- Kata dengan kata.
- Frasa dengan frasa.
- Klausa dengan klausa.
- Kalimat dengan kalimat.
- Paragraf dengan pragraf (konjungsi antarparagraf dinamakan transisi)
Contoh
Sejumlah
kata konjungsi, antara lain:
- dan
- atau
- tetapi
- ketika
- seandainya
- supaya
- walaupun
- seperti
- oleh karena
- sehingga
- bahwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar